ANALGETIKA

by - Oktober 13, 2017

Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh,seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.
Analgesik diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul dalam 2 golongan besar yaitu analgesik sentral (golongan narkotik) dan analgesik perifer (golongan non-narkotik) (Tan&Rahardja, 2008).
Analgesik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang moderat ataupun berat seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut sesudah operasi, kolik usus atau ginjal. Aktivitas analgesik narkotik jauh lebih besar dibanding golongan analgesik non narkotik, sehingga disebut analgesik kuat. Pemberian obat ini secara terus menerus menimbulkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan (Siswandono&Sukardjo, 2000).
Mekanisme kerjanya yaitu efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dgn sisi reseptor khas pada sel didalam otak dan spinal cord sehingga rangsangan reseptor menimbulkan efek euphoria dan perasaan mengantuk.
Berdasarkan struktur kimia analgetik narkotik dibagi 4 kelompok, yaitu:
1.    Turunan morfin
Morfin diindikasikan untuk nyeri moderat sampai berat, dan nyeri kronik. Morfin menyebabkan sedasi, efek ansiolitik, dan dapat mengurangi dosis anestesi. Menurut Beckett dan Casy, reseptor turunan morfin punya 3 sisi yg sangat penting untuk timbulnya aktivitas analgesik, yaitu :
 1. Struktur bidang datar, mengikat cincin aromatik obat dengan ikatan van der        Waals
2. Tempat anionik, mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat
3. Lubang dengan orientasi sesuai untuk menampung bagian CH2 dari proyeksi        cincin piperidin, yang terletak didepan cincin aromatik dan pusat dasar

2.    Turunan fenil piperidin (meperidin)
Meski struktur tidak berhubungan dengan struktur morfin tetapi masih menunjukkan kemiripan karena mempunyai pusat atom C kuarterner, rantai etilen, gugus N tersier dan cincin aromatik sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor analgesik
3.    Turunan difenilpropilamin (metadon)
Turunan metadon dapat membentuk cincin bila dalam cairan tubuh karena ada daya tarik menarik dipol-dipol antara basa dengan gugus karboksil
4.    Turunan lain

Analgetika non narkotik (analgetik-antipiretika atau Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID)) merupakan analegetik yang bekerja pada sistem syaraf pusat dan perifer, mengurangi rasa sakit ringan sampai moderat, menurunkan suhu badan, dan sebagai antiradang.
Tempat kerja utama NSAID adalah enzim siklooksigenase (COX), yang mengkatalisis konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin. Prostaglandin tidak disimpan oleh sel, tetapi disintesis dan dilepaskan sesuai kebutuhan. Terdapat dua isoform enzim COX yaitu COX-1 dan COX-2. Cara kerja NSAID yaitu memblok kedua jenis COX tersebut. Golongan NSAID hanya menghambat COX-2 dan tidak COX-1. Secara teoritis, inhibitor COX-2 spesifik bersifat anti-inflamasi tanpa membahayakan saluran gastrointestinal atau mengubah fungsi platelet (Tan & Rahardja, 2008).
Berdasarkan struktur kimia, analgetik non narkotik dibagi 7 kelompok, yaitu:
1.    Turunan Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak digunakan secara oral karena terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai analgesik antipiretika adalah senyawa turunannya. Turunan asam salisilat menimbulkan efek samping iritasi lambung (Siswandono&Sukardjo, 2000).
Asam asetil salisilat (Turunan asam salisilat)  
2.    Turunan Anilin dan para Aminofenol
Anilin mempunyai efek antipiretik cukup tinggi, tetapi toksisitasnya besar karena menimbulkan methemoglobin, bentuk hemoglobin yang tidak dapat berfungsi sebagai pembawa oksigen
3.    Turunan 5-Pirazolon dan Pirazolidindion
menghilangkan aktivitas antiradang karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol dengan subsitusi atom H degan gugus metil
4.    Turunan Asam N –Arilantranilat
Senyawa mempunyai aktivitas besar jika gugus pada N-aril berada di luar koplanaritas asam antranilat
5.    Turunan Asam Arilasetat dan Heteroarilasetat
Mempunyai gugus karboksil atau ekivalenya sepeti asam enolat, asam hidroksamat, sulfonamida, tetrasol, yang terpisah oleh 1 C dari inti aromatik datar. Pemisahan lebih dari 1 dapat menurunkan aktivitas analgetik
Pada turunan heteroarilasetat, seperti indometasin (areumetin), gugus karboksil pentingg untuk aktivitas antiradang, penggantian dengan gugus lain akan menurunkan aktivitas
6.    Turunan Oksikam
Contohnya piroksikam yang mempunyai aktivitas analgesik, antirematik, dan antiradang yang kurang lebih sama dengan indometasin, dengan masa kerja yang cukup panjang
7.    Turunan Lain-lain
Contohnya benzidamin HCl (tantum) yang mempunyai efek analgesik dan antiradang yang dapat digunakan untuk pemakaian sistemik dan setempat. Dalam bentuk obat kumur, digunakan untuk kondisi keradangan pada rongga mulut dan tenggorokan serta untuk antiradang setelah operasi gigi.

Forum diskusi :
1. respon nyeri setiap individu berbeda beda, lalu bagaimana memilih analgetik yang tepat untuk masing-masing individu?
2. dengan penggunaan analgetik narkotik secara rasional, daaptkan mencegah terjadinya ketergantungan dan hal apa yang dapat kita lakukan untuk meminimalkan terjadinya efek samping?

You May Also Like

19 komentar

  1. hai ivo, terkait pemilihn analgetik yang sesuai bisa didasarkan pada gejala yang terjadi atau penyebab terjadinya nyeri. Respon nyeri yang berbeda biasanya hanya akan mempengaruhi ambang batas nyeri seseorang

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi bisa didasarkan pada keluhan yang diberikan suatu individu terhadap nyeri yg dideritanya dan bergantung pada kebutuhan untuk pereda nyerinya ya cin...

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. biasanya pemberian analgetik diberikan berdasarkan kekuatan nyerinya, jika nyerinya rendah hingga sedang diberikan analgetik non narkotik, jika nyeri sudah parah, diberi analgetik narkotik, namun dalam pemilihan dan pemberian analgetik, disesuaikan dengan kondisi pasien, salah satunya melihat riwayat penyakit yang dideritanya. jadi bisa saja analgetik diberi berdasarkan keuhan pasien, namun biasanya bagi pasien yang sudah menderita nyeri yang kronis akibat suatu penyakit. biasanya pemberiannya diresepkan langsung oleh dokter.

      Hapus
    4. Saya setuju dengan pendapat yanti dan cindra. Iya pemilihannya dapat didasarkan pada gejala dan keluhan pasien. Atau dapat pula diberikan antinyeri dalam dosis rendah terlebih dahulu dan bila diketahui tidak berefek maka dapat diberikan analgetik lain dengan dosis yang lbih besar

      Hapus
    5. Yap betul kak. Saya setuju dengan kakak-kakak
      Saya ingin menambhkan, Pada kondisi dengan nyeri hebat seperti pasca operasi,pasca persalin digunakan analgetik narkotik namun pada kondisi pada nyeri biasa seperti sakit gigi dll dapat digunakan analgetik non narkotik

      Hapus
    6. Yaps saya sangat setuju dengan pendapat rekan semua,pemilihan analgetik berdasarkan keluhan/gejalan yang dialami pasien ,biasanya analgetik non narkotik akan diberikan untuk penanganan nyeri ringan hingga sedang sedangkan analgetik narkotik diberikan untuk penanganan nyeri hebat/berat

      Namun untuk kasus pasien kemoterapi analgetik yg diberikan adalah golongan non narkotik hal ini dikarenakan sel tubuh pada pasien kemoterapi sudah cukup rusak sehingga pemilihan analgetik yang pilih adalah anakgetik dengan es yang lebih kecil

      Hapus
  2. selamat pagi ivo, terkait pertanyaan nmr 2 mnrt saya utk meminimalisir efek samping kpd pengguna terus menerus apakah sebaiknya di kurangi dosis penggunaannya tiap periode baik itu 1 mnggu atau 1 bulan

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin itu menjadi salah satu cara ya na, tapi biasanya tapering off tidak dilakukan pada semua obat, hanya untuk obat-obat yang memiliki efek berlebihan pada tubuh yang akan dilakukan tapering off

      Hapus
    2. jika obat yang dimaksud tidak bisa dilakukan tapering off, bagaimana kalo penggunaan obatnya dihentikan saja vo, jika efek samping yang ditimbulkan sudah fatal.

      Hapus
    3. tentunya penggunaan obat gol narkotik tdk sembarang diberikan, untuk penghentian atau dosisnya dpt dikonsultasikan kmbali dgn dokter

      Hapus
    4. iya yanti, untuk penghentian tibatiba takutnya akan berdampak negatif untuk obat analgetik narkotik, karena berhubungan dg sistem syaraf pusat, dan untuk penghentian analgetik non narkotik sepertinya juga bisa dilakukan

      tapi juga penggunaannya biasanya memang sudah dianjurkan ya sin, jadi lebih amna konsultasi ke dokter gitu yaa...

      Hapus
    5. Tentu saja ivo, untuk setiap obat narkotik harus dalam pengawasan dokter sehingga sangat disarankan untuk berkonsul dengan dokter

      Hapus
  3. saya akan menambahkan nmr 2 jika obat yang dimaksud tidak bisa dilakukan tapering off, bagaimana kalo penggunaan obatnya dihentikan saja vo, jika efek samping yang ditimbulkan sudah fatal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan mona..
      sebaiknya penggunaan obat dihentikan jika efek samping yg ditimbulkan sudah fatal

      Hapus
  4. Untuk mencegah efek samping dari obat tersebut bisa dengan pemberian dosis yang minimal dan frekuensi obat yang minimal, dengan meminum obat sesuai anjuran dari dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan jawab rizka titi vialdi pencegahan efek samping umumnya dengan cara mengkonsumsi obat dengan benar dan tidak melebihi dosis yang dianjurkan.

      Hapus
    2. saya juga setuju kak, pemberian obat ini jangan berlebihan melewati resep dokter yang telah diberikan

      Hapus
  5. hai ivo, terkait dengan pemilihn analgetik yang sesuai bisa didasarkan pada gejala yang terjadi atau penyebab terjadinya nyeri. Respon nyeri yang berbeda biasanya hanya akan mempengaruhi ambang batas nyeri seseorang.

    BalasHapus