ANALGETIKA
Analgetika adalah
senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif,
digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika
bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi
dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam
tubuh,seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau
kejang-kejang otot.
Analgesik
diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul dalam 2
golongan besar yaitu analgesik sentral (golongan narkotik) dan analgesik
perifer (golongan non-narkotik) (Tan&Rahardja, 2008).
Analgesik
narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem
saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang moderat
ataupun berat seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan
jantung akut sesudah operasi, kolik usus atau ginjal. Aktivitas analgesik
narkotik jauh lebih besar dibanding golongan analgesik non narkotik, sehingga
disebut analgesik kuat. Pemberian obat ini secara terus menerus menimbulkan
ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan (Siswandono&Sukardjo, 2000).
Mekanisme kerjanya
yaitu efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dgn sisi reseptor
khas pada sel didalam otak dan spinal cord sehingga rangsangan reseptor
menimbulkan efek euphoria dan perasaan mengantuk.
Berdasarkan struktur
kimia analgetik narkotik dibagi 4 kelompok, yaitu:
1.
Turunan morfin
Morfin diindikasikan untuk nyeri
moderat sampai berat, dan nyeri kronik. Morfin menyebabkan sedasi, efek
ansiolitik, dan dapat mengurangi dosis anestesi. Menurut Beckett dan Casy, reseptor
turunan morfin punya 3 sisi yg sangat penting untuk timbulnya aktivitas
analgesik, yaitu :
1. Struktur bidang datar, mengikat cincin
aromatik obat dengan ikatan van der Waals
2. Tempat anionik, mampu
berinteraksi dengan pusat muatan positif obat
3. Lubang dengan orientasi sesuai
untuk menampung bagian CH2 dari proyeksi cincin
piperidin, yang terletak didepan cincin aromatik dan pusat dasar
2.
Turunan fenil piperidin (meperidin)
Meski struktur tidak berhubungan
dengan struktur morfin tetapi masih menunjukkan kemiripan karena mempunyai
pusat atom C kuarterner, rantai etilen, gugus N tersier dan cincin aromatik
sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor analgesik
3.
Turunan difenilpropilamin (metadon)
Turunan metadon dapat membentuk
cincin bila dalam cairan tubuh karena ada daya tarik menarik dipol-dipol antara
basa dengan gugus karboksil
4.
Turunan lain
Analgetika
non narkotik (analgetik-antipiretika atau Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID)) merupakan analegetik yang bekerja pada
sistem syaraf pusat dan perifer, mengurangi rasa sakit ringan sampai moderat,
menurunkan suhu badan, dan sebagai antiradang.
Tempat kerja utama
NSAID adalah enzim siklooksigenase (COX), yang mengkatalisis konversi asam
arakidonat menjadi prostaglandin. Prostaglandin tidak disimpan oleh sel, tetapi
disintesis dan dilepaskan sesuai kebutuhan. Terdapat dua isoform enzim COX
yaitu COX-1 dan COX-2. Cara kerja NSAID yaitu memblok kedua jenis COX tersebut.
Golongan NSAID hanya menghambat COX-2 dan tidak COX-1. Secara teoritis,
inhibitor COX-2 spesifik bersifat anti-inflamasi tanpa membahayakan saluran
gastrointestinal atau mengubah fungsi platelet (Tan & Rahardja, 2008).
Berdasarkan struktur
kimia, analgetik non narkotik dibagi 7 kelompok, yaitu:
1.
Turunan Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai
aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak digunakan secara
oral karena terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai analgesik
antipiretika adalah senyawa turunannya. Turunan asam salisilat menimbulkan efek
samping iritasi lambung (Siswandono&Sukardjo, 2000).
2.
Turunan Anilin dan para Aminofenol
Anilin mempunyai efek antipiretik
cukup tinggi, tetapi toksisitasnya besar karena menimbulkan methemoglobin, bentuk
hemoglobin yang tidak dapat berfungsi sebagai pembawa oksigen
3.
Turunan 5-Pirazolon dan Pirazolidindion
menghilangkan aktivitas
antiradang karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol dengan subsitusi
atom H degan gugus metil
4.
Turunan Asam N –Arilantranilat
Senyawa mempunyai aktivitas besar
jika gugus pada N-aril berada di luar koplanaritas asam antranilat
5.
Turunan Asam Arilasetat dan
Heteroarilasetat
Mempunyai gugus karboksil atau
ekivalenya sepeti asam enolat, asam hidroksamat, sulfonamida, tetrasol, yang terpisah
oleh 1 C dari inti aromatik datar. Pemisahan lebih dari 1 dapat menurunkan
aktivitas analgetik
Pada turunan heteroarilasetat, seperti
indometasin (areumetin), gugus karboksil pentingg untuk aktivitas antiradang,
penggantian dengan gugus lain akan menurunkan aktivitas
6.
Turunan Oksikam
Contohnya piroksikam yang
mempunyai aktivitas analgesik, antirematik, dan antiradang yang kurang lebih
sama dengan indometasin, dengan masa kerja yang cukup panjang
7.
Turunan Lain-lain
Contohnya benzidamin HCl (tantum)
yang mempunyai efek analgesik dan antiradang yang dapat digunakan untuk
pemakaian sistemik dan setempat. Dalam bentuk obat kumur, digunakan untuk
kondisi keradangan pada rongga mulut dan tenggorokan serta untuk antiradang
setelah operasi gigi.
Forum diskusi :
Forum diskusi :
1. respon nyeri setiap individu berbeda beda, lalu bagaimana memilih analgetik yang tepat untuk masing-masing individu?
2. dengan penggunaan analgetik narkotik secara rasional, daaptkan mencegah terjadinya ketergantungan dan hal apa yang dapat kita lakukan untuk meminimalkan terjadinya efek samping?
19 komentar
hai ivo, terkait pemilihn analgetik yang sesuai bisa didasarkan pada gejala yang terjadi atau penyebab terjadinya nyeri. Respon nyeri yang berbeda biasanya hanya akan mempengaruhi ambang batas nyeri seseorang
BalasHapusjadi bisa didasarkan pada keluhan yang diberikan suatu individu terhadap nyeri yg dideritanya dan bergantung pada kebutuhan untuk pereda nyerinya ya cin...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusbiasanya pemberian analgetik diberikan berdasarkan kekuatan nyerinya, jika nyerinya rendah hingga sedang diberikan analgetik non narkotik, jika nyeri sudah parah, diberi analgetik narkotik, namun dalam pemilihan dan pemberian analgetik, disesuaikan dengan kondisi pasien, salah satunya melihat riwayat penyakit yang dideritanya. jadi bisa saja analgetik diberi berdasarkan keuhan pasien, namun biasanya bagi pasien yang sudah menderita nyeri yang kronis akibat suatu penyakit. biasanya pemberiannya diresepkan langsung oleh dokter.
HapusSaya setuju dengan pendapat yanti dan cindra. Iya pemilihannya dapat didasarkan pada gejala dan keluhan pasien. Atau dapat pula diberikan antinyeri dalam dosis rendah terlebih dahulu dan bila diketahui tidak berefek maka dapat diberikan analgetik lain dengan dosis yang lbih besar
HapusYap betul kak. Saya setuju dengan kakak-kakak
HapusSaya ingin menambhkan, Pada kondisi dengan nyeri hebat seperti pasca operasi,pasca persalin digunakan analgetik narkotik namun pada kondisi pada nyeri biasa seperti sakit gigi dll dapat digunakan analgetik non narkotik
Yaps saya sangat setuju dengan pendapat rekan semua,pemilihan analgetik berdasarkan keluhan/gejalan yang dialami pasien ,biasanya analgetik non narkotik akan diberikan untuk penanganan nyeri ringan hingga sedang sedangkan analgetik narkotik diberikan untuk penanganan nyeri hebat/berat
HapusNamun untuk kasus pasien kemoterapi analgetik yg diberikan adalah golongan non narkotik hal ini dikarenakan sel tubuh pada pasien kemoterapi sudah cukup rusak sehingga pemilihan analgetik yang pilih adalah anakgetik dengan es yang lebih kecil
selamat pagi ivo, terkait pertanyaan nmr 2 mnrt saya utk meminimalisir efek samping kpd pengguna terus menerus apakah sebaiknya di kurangi dosis penggunaannya tiap periode baik itu 1 mnggu atau 1 bulan
BalasHapusmungkin itu menjadi salah satu cara ya na, tapi biasanya tapering off tidak dilakukan pada semua obat, hanya untuk obat-obat yang memiliki efek berlebihan pada tubuh yang akan dilakukan tapering off
Hapusjika obat yang dimaksud tidak bisa dilakukan tapering off, bagaimana kalo penggunaan obatnya dihentikan saja vo, jika efek samping yang ditimbulkan sudah fatal.
Hapustentunya penggunaan obat gol narkotik tdk sembarang diberikan, untuk penghentian atau dosisnya dpt dikonsultasikan kmbali dgn dokter
Hapusiya yanti, untuk penghentian tibatiba takutnya akan berdampak negatif untuk obat analgetik narkotik, karena berhubungan dg sistem syaraf pusat, dan untuk penghentian analgetik non narkotik sepertinya juga bisa dilakukan
Hapustapi juga penggunaannya biasanya memang sudah dianjurkan ya sin, jadi lebih amna konsultasi ke dokter gitu yaa...
Tentu saja ivo, untuk setiap obat narkotik harus dalam pengawasan dokter sehingga sangat disarankan untuk berkonsul dengan dokter
Hapussaya akan menambahkan nmr 2 jika obat yang dimaksud tidak bisa dilakukan tapering off, bagaimana kalo penggunaan obatnya dihentikan saja vo, jika efek samping yang ditimbulkan sudah fatal.
BalasHapussaya setuju dengan mona..
Hapussebaiknya penggunaan obat dihentikan jika efek samping yg ditimbulkan sudah fatal
Untuk mencegah efek samping dari obat tersebut bisa dengan pemberian dosis yang minimal dan frekuensi obat yang minimal, dengan meminum obat sesuai anjuran dari dokter
BalasHapussaya setuju dengan jawab rizka titi vialdi pencegahan efek samping umumnya dengan cara mengkonsumsi obat dengan benar dan tidak melebihi dosis yang dianjurkan.
Hapussaya juga setuju kak, pemberian obat ini jangan berlebihan melewati resep dokter yang telah diberikan
Hapushai ivo, terkait dengan pemilihn analgetik yang sesuai bisa didasarkan pada gejala yang terjadi atau penyebab terjadinya nyeri. Respon nyeri yang berbeda biasanya hanya akan mempengaruhi ambang batas nyeri seseorang.
BalasHapus