ANTIHISTAMIN DAN TURUNANNYA

by - Oktober 19, 2017

Histamin adalah suatu alkoloid yang disimpan di dalam mast sel dan menimbulkan berbagai proses faal dan patologik. Pelepasan histamin terjadi akibat reaksi antitigen-antibodi atau kontak antara lain dengan obat, makanan, kemikal dan venom. Histamin ini kemudian menimbulkan reaksi dengan reseptornya (H1 dan H2) yang tersebar di berbagai jaringan tubuh. Perangsangan reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan reaksi mukus. Perangsangan reseptor H2 terutama menyebabkan sekresi asam lambung.
Struktur Histamin

Antihistamin H1 merupakan inhibitor kompetitif terhadap histamin. Antihistamin dan histamin saling berlomba menempati reseptor histamin. Blokade reseptor H1 oleh antihistamin H1 tidak diikuti aktivasi reseptor H1, tetapi hanya mencegah agar histamin tidak berikatan dengan reseptor H1, sehingga tidak terjadi efek biologik misalnya kontraksi otot polos, vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
struktur antagonis reseptor H1
Antihistamin generasi pertama merupakan obat yang paling banyak digunakan di dunia dan bermanfaat untuk meringankan gejala-gejala alergi dan influensa pada banyak penderita, dapat diperoleh di toko obat dalam bentuk kombinasi. Kegunaannya terbatas sebab menimbulkan rasa kantuk  karena antihistamin berikatan dengan reseptor histamin di otak.. Sejak tahun 1981 ditemukan antihistamin generasi ke-2 (terfenadin, astemizol, loratadin dan cetirizin), bekerja menghambat reseptor H1 di perifer tanpa menembus sawar darah otak. Meskipun secara keseluruhan hasilnya baik, ternyata terfenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia ventrikel yang membahayakan kehidupan. Antihistamin generasi ke-3 terdiri atas fexofenadin, norastemizol dan descarboethoxy loratadin merupakan metabolit alami obat generasi ke-2 dan secara klinis berguna dan tidak berpengaruh terhadap elektrofisiologi jantung.

Berdasar strukturnya antihistamin digolongkan menjadi:
Eter amino alkil ( Etanolamin eter)
-       Difenhidramin HCl (Benadryl)
Difenhidramin mudah disintesis, dengan mengkondensasikan benzhidril bromida dengan dimetil amino etanol dengan adanya natrium karbonat.
                                                                            Na2CO3
(C6H5)2 CHBr + (CH3)2N CH2CH2OH               (C6H5)2CH-OCH2CH2N(CH3)2

-       Dimenhidrinat (8-kloroteofilin-2-(difenil metoksi)-N-N-dimetil etilamin.
Dibuat dengan mereaksikan difenhidramin dengan 8-kloroteofilin. Dengan adanya turunan purin tersebut dimaksudkan agar ada efek menstimulasi system syarat pusat. Dapat digunakan untuk mabuk perjalanan dan untuk mengatasi rasa mual pada waktu hamil.
Etilendiamin.
Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin. Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral. Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis. Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.
Beberapa contoh antihistamin turunan etilediamin :
-       Fenbenzamin merupakan salah satu anti histamin kuat yang ditemukan oleh Halpern (1942), dan merupakan model untuk deret senyawa yang mempunyai struktur umum.

Turunan Propilamin
Anggota kelompok yang jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral. Turunan tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang dibentuk dengan d-asam tartrat. Antihistamin golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif. Cenderung tidak membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini. Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N  faktor penting untuk aktivitas antihistamin. Gugus pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
Beberapa turunan propilamin antara lain
-       Klorfeniramin maleat (Chlortrimeton maleat; CTM ; Pehachlor)
Klorinasi ferinamin pada posisi para dari cincin fenil memberikan kenaikan potensi 10 x dengan perubahan toksisitas tidak begitu besar. Hampir semua aktivitas antihistamin terletak pada enantiomorf dektro. Dektro-klor dan brom feniramin lebih kuat daripada levonya
-       Dekstroklorfeniramin maleat (Polaramine maleat)
Merupakan enantiomer klorfeniramin yang memutar kekanan. Isomer ini aktivitas anti histaminnya paling dominan dan mempunyai konfigurasi S yang super imposable pada konfigurasi S enantiomorf karbinoksamin levorotatori yang lebih aktif.
-       Bromfeniramin maleat (Dometane maleat)
Kegunaan sama dengan klorfeniramin maleat senyawa ini mempunyai waktu kerja yang panjang dan efektif dalam dosis 50 x lebih kecil daripada dosis tripelenamin.

forum diskusi:
1. kira kira pilihan obat antihistamin mana yg paling efektif?
2. modifikasi farmakofor apa yang mungkin dapat dilakukan?

You May Also Like

42 komentar

  1. Pertanyaan no. 1. Untuk saat ini sepertinya masih antagonis H1.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi dari beberapa artikel yang saya baca, antihistamin H2 dimana slh satu contoh obatny adlh ranitidin

      Hapus
    2. saya setuju dengan pendapat bang hengki lebih spesifiknya yang lebih efektif adlah “Low sedating” atau antihistamin AH 1 generasi II dan III dibandingkan generasi I
      Beberapa AH-1 yang diperkenalkan dalam 2 dekade terakhir ditemukan dengan cara menyaring beberapa komponen dan secara kimia berhubungan AH-1 generasi yang lama. Sebagai contoh misalnya: akrivastin berhubungan dengan tripolidin, cetirizin adalah metabolit dari hidroksizin, levocetirizin adalah enantiomer dari cetirizin, desloratadin adalah metabolik dari terfenadin. (Simons)
      - AH 1 generasi II
      Yang termasuk golongan ini adalah:
      · Akrivastin
      · Astemizole
      · Cetirizin
      · Loratadin
      · Mizolastin
      · Terfenadin
      · Ebastin
      - AH-1 generasi III
      Yang termasuk golongan ini adalah:
      · Levocetirizin
      · Desloratadin
      · Fexofenadin

      Hapus
    3. saya setuju dengan kakak2 diatas bahwa yang paling efektif adalah AH1

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. saya setuju dengan pendapat bg henki, dalam artikel yang say abaca dibandingkan dengan AH2, AH3 Dan AH4, yang paling banyak digunakan untuk mengatasi alergi adalah d obat AH1.dari sini dapat disimpulkan bahwa keefektifan obat AH1 lebih baik daripada antihistamin lainnya.

      Hapus
    6. Saya setuju dg pendapat kakak2 dan teman2 di atas, bahwa obat antihistamin yang paling efektif adalah AH1. Secara klinis, H1 antagonis digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Sedasi adalah efek samping yang umum, dan antagonis H1 tertentu, seperti diphenhydramine dan Doksilamin, juga digunakan untuk mengobati insomnia. Namun, antihistamin generasi kedua ini tidak melewati penghalang darah-otak, dan dengan demikian tidak menyebabkan kantuk.
      Contoh obatnya yaitu
      Azelastine
      Brompheniramine
      Buclizine
      Bromodiphenhydramine
      Carbinoxamine
      Cetirizine
      Chlorpromazine (antipsychotic)
      Cyclizine
      Chlorpheniramine
      Chlorodiphenhydramine
      Clemastine
      Cyproheptadine
      Desloratadine
      Dexbrompheniramine
      Deschlorpheniramine
      Dexchlorpheniramine dan lain lain

      Hapus
    7. saya sependapat dengan bg hengki bahwa yang lebih efektif adalah H1 karena bekerja langsung pada organ sasaran.

      Hapus
  2. iya kebanyakan penggunaannya masih yang AH1 terkait dengan alergi , biasanya menggunakan ctm,cetirizine , loratadin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa tapi menurut saya sekarang lebih banyak direkomendasikan obat alergi ah1 generasi kedua soy

      Hapus
  3. hai ivo saya ingin mwncoba jawab nomor 1..
    Cetirizine - salah satu yang paling efektif antihistamin generasi terbaru dari obat-obatan.Ini melemahkan efek histamin pada pembuluh darah, menghalangi histamin H1-reseptor, menghilangkan kemerahan, menghilangkan bengkak, menghentikan pengembangan reaksi pada bagian kulit.Pengaruh obat dimulai setelah 1 atau 2 jam setelah pemberian dan berlangsung 24 jam.Menghilangkan tanda-tanda rhinitis alergi (pembengkakan selaput lendir, hidung tersumbat, bersin-bersin, hidung meler), menghambat perkembangan reaksi alergi, mengurangi gejala asma, menghilangkan ruam kulit.Sedasi diminimalkan.Untuk berhati-hati di hadapan penyakit ginjal.Ini merekomendasikan bahkan untuk digunakan dalam pengobatan bayi

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya saya setuju dengan kak anggun, obat antihistamin yang efektif AH1

      Hapus
  4. hai kak,disini saya juga akan mencoba menjawab pertanyaan no 1
    menurut pendapat saya yg paling efektif adalah fexofenadine,karna Dibandingkan dengan obat antihistamin generasi kedua lainnya, fexofenadine adalah yang paling minim efek sampingnya. Menurut berbagai survei yang dilakukan para ahli, beberapa orang masih merasa mengantuk setelah minum cetirizine atau loratadine. Sementara itu, fexofenadine paling tidak menyebabkan kantuk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nmun menurut pendapat saya,melihat dari beberapa artikel yg ada, antihistamin cetirizine bekerja dengan baik karena memiliki efek yg kuat serta bekerja spesifik

      Hapus
  5. hai ivo... Antihistamin yang saat ini menjadi perhatian para klinisi dan lebih mulai dipertimbangkan dalam penggnaan klinis adalah Cetirizine yang merupakan antihistamin yang sangat kuat dan spesifik. Cetirizine merupakan antagonis reseptor histamin-1(H1) generasi kedua yang aman digunakan pada terapi alergi. Selain mempunyai efek antihistamin, cetirizine juga mempunyai efek antiinflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine terutama ditunjukkan melalui penghambatan kemotaksis sel inflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine juga tercapai melalui penghambatan ekspresi molekul adhesi yang berperan dalam proses penarikan sel inflamasi.

    BalasHapus
  6. antihistamin tersebut tujuannya harus diketahui terlebih dahulu. Kembali kepada kondisi pasien. Antihistamin tidak hanya mencegah terjadinya alergi, tetapi juga dapat sebagai antiemetik, motion sickness, dan anastesi lokal (antagonis H1). Sedangkan antagonis H2 dapat digunakan sebagai obat ulkus lambung dan duodenal, Sindrom Zollinger Ellison,dan penyakit refluks esofagus.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  7. menurut saya pilihan obat antihistamin yang paling efektif adalah antihistamin generasi ketiga. yang termasuk antihistamin generasi ketiga
    yaitu feksofenadin, norastemizole dan
    deskarboetoksi loratadin (DCL), ketiganya adalah
    merupakan metabolit antihistamin generasi kedua.
    Tujuan mengembangkan antihistamin generasi
    ketiga adalah untuk menyederhanakan
    farmakokinetik dan metabolismenya, serta
    menghindari efek samping yang berkaitan dengan
    obat sebelumnya

    BalasHapus
  8. Obat antihistamin yang paling efektif yaitu AH1 generasi kedua (contohnya cetirizin). Karena AH1 memiliki mekanisme kerja blokade reseptor H1 yang berperan dalam reaksi alergi. Dibandingkan dengan generasi pertama, AH1 generasi kedua kurang sedatif, sehingga efek samping mengantuk menjadi berkurang.

    BalasHapus
  9. menurut pendapat saya yg paling efektif adalah fexofenadine,karna Dibandingkan dengan obat antihistamin generasi kedua lainnya, fexofenadine adalah yang paling minim efek sampingnya. Menurut berbagai survei yang dilakukan para ahli, beberapa orang masih merasa mengantuk setelah minum cetirizine atau loratadine. Sementara itu, fexofenadine paling tidak menyebabkan kantuk.

    BalasHapus
  10. sepertinya masih banyak yang berpendapt untuk antihistamin yang baik dari AH1 generasi ke2, namun saya sependapat dengan eko, untuk pemilihannya di kembalikan ke konidisi pasien. bila pasien masih dapat menerima efek samping pada obat AH1 generasi 2, maka bisa digunakan obat tersebut, tapi jika ingin meminimalkan atau meniadakan efek sampingnya untuk kebutuhan tertentu, maka dapat digunakan generasi ke3nya

    terimakasih jawabannya temen temen

    BalasHapus
  11. 1. AH2 receptor antagonist contohnya cetirizine dan loratadine obat ini bekerja lebih spesifik dan tidak menimbulkan efek sedasi

    BalasHapus
  12. Menurut kami mengenai no 1, yaitu antihistamin AH1, salah satu contohnya seperti ctm

    BalasHapus
  13. menurut saya antihistamin AH1 salah satunya yaitu cetirizin

    BalasHapus
  14. Saya akan menambahkan bahwa Cetirizine salah satu yang paling efektif antihistamin generasi terbaru dari obat-obatan.Ini melemahkan efek histamin pada pembuluh darah, menghalangi histamin H1-reseptor, menghilangkan kemerahan, menghilangkan bengkak, menghentikan pengembangan reaksi pada bagian kulit.Pengaruh obat dimulai setelah 1 atau 2 jam setelah pemberian dan berlangsung 24 jam.Menghilangkan tanda-tanda rhinitis alergi (pembengkakan selaput lendir, hidung tersumbat, bersin-bersin, hidung meler), menghambat perkembangan reaksi alergi, mengurangi gejala asma, menghilangkan ruam kulit.Sedasi diminimalkan.Untuk berhati-hati di hadapan penyakit ginjal.Ini merekomendasikan bahkan untuk digunakan dalam pengobatan bayi

    BalasHapus
  15. saya akan menjawab nmr 1 cetirizin ,Pengaruh obat dimulai setelah 1 atau 2 jam setelah pemberian dan berlangsung 24 jam.Menghilangkan tanda-tanda rhinitis alergi (pembengkakan selaput lendir, hidung tersumbat, bersin-bersin, hidung meler), menghambat perkembangan reaksi alergi, mengurangi gejala asma, menghilangkan ruam kulit.

    BalasHapus
  16. Obat antihistamin yang efektif

    Reseptor H1

    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)

    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial

    BalasHapus
  17. pertanyaan no 1
    menurut artikel yang saya, ke efektifan obat antihistamin disesuaikan dengan kebutuhan si pasien namun utk saat ini antihistamin yang paling efektif adalah Reseptor H1. semoga bermanfaat

    BalasHapus
  18. hai kak ivo, saya akan membantu menjawab pertanyaan no 1. menurut beberapa sumber yang saya pelajari, semua jenis antihistamin dapat mengatasi reaksi alergi dengan baik dan efektif asalkan sesuai dengan alergi yang dialami. Sebagai contoh, jika pasien mengalami alergi gatal-gatal pada kulit, bisa mengonsumsi antihistamin generasi pertama. Efek mengantuk dari generasi ini bisa dimanfaatkan untuk membuat pasien tidur pulas walau kondisi kulit sedang gatal. Jika tidak menginginkan rasa kantuk maka dapat mengkonsumsi antihistamin generasi kedua.

    BalasHapus
  19. no 1, yaitu antihistamin AH1 generasi kedua, salah satu contohnya seperti ctm

    BalasHapus
  20. saya ingin mencoba menjawab soal no 1
    yaitu pada AH1 Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi.

    BalasHapus
  21. Pertanyaan no 1
    Untuk saat ini antihistamin yg paling efektif yaitu antagonis H1 (AH1) yang terkait dengan alergi , biasanya menggunakan ctm,cetirizine , loratadin dsb

    BalasHapus
  22. hai kak ivo
    menurut saya obat yang paling efektif itu fexofenadine,k.arena efek yang paling minim ada pada fexofenadine

    BalasHapus
  23. yang lebih efektif adalah “Low sedating” atau antihistamin AH 1 generasi II dan III dibandingkan generasi I
    Beberapa AH-1 yang diperkenalkan dalam 2 dekade terakhir ditemukan dengan cara menyaring beberapa komponen dan secara kimia berhubungan AH-1 generasi yang lama. Sebagai contoh misalnya: akrivastin berhubungan dengan tripolidin, cetirizin adalah metabolit dari hidroksizin, levocetirizin adalah enantiomer dari cetirizin, desloratadin adalah metabolik dari terfenadin. (Simons)
    - AH 1 generasi II
    Yang termasuk golongan ini adalah:
    · Akrivastin
    · Astemizole
    · Cetirizin
    · Loratadin
    · Mizolastin
    · Terfenadin
    · Ebastin
    - AH-1 generasi III
    Yang termasuk golongan ini adalah:
    · Levocetirizin
    · Desloratadin
    · Fexofenadin

    BalasHapus
  24. Saya akan menjawab pertanyaan nmr 1.
    Obat antihistamin yang efektif
    Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial

    BalasHapus
  25. pertanyaan no 1
    yang lebih efektif adlah “Low sedating” atau antihistamin AH 1 generasi II dan III dibandingkan generasi I
    Beberapa AH-1 yang diperkenalkan dalam 2 dekade terakhir ditemukan dengan cara menyaring beberapa komponen dan secara kimia berhubungan AH-1 generasi yang lama. Sebagai contoh misalnya: akrivastin berhubungan dengan tripolidin, cetirizin adalah metabolit dari hidroksizin, levocetirizin adalah enantiomer dari cetirizin, desloratadin adalah metabolik dari terfenadin. (Simons)
    - AH 1 generasi II
    Yang termasuk golongan ini adalah:
    · Akrivastin
    · Astemizole
    · Cetirizin
    · Loratadin
    · Mizolastin
    · Terfenadin
    · Ebastin
    - AH-1 generasi III
    Yang termasuk golongan ini adalah:
    · Levocetirizin
    · Desloratadin
    · Fexofenadin

    BalasHapus
  26. pertanyaan no 1
    menurut artikel yang saya, ke efektifan obat antihistamin disesuaikan dengan kebutuhan si pasien namun utk saat ini antihistamin yang paling efektif adalah Reseptor H1. semoga bermanfaat

    BalasHapus
  27. Nmbr 1
    AH1 yang terkait dengan alergi , biasanya menggunakan ctm,cetirizine , loratadin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dengan geby karena ah1 biasanya digunakan ctm, cetirizine dan loratadin

      Hapus
  28. Pertanyaan no.1
    Cetirizine merupakan salah satu jenis antihistamin H1 yang banyak digunakan. Salah satu penelitian di AS menunjukkan bahwa obat ini dapat digunakan untuk anak dibawah usia 12 tahun.

    BalasHapus
  29. Berbagai penelitian menunjukkan manfaat dan keamanan pemakaian antihistamin H1:
    Antihistamin H1 yang paling efektif mengurangi gejala pada rhinitis alergi akut adalah levocetirizin. Semua antihistamin generasi kedua efektif untuk terapi urtikaria kronik dengan efek samping yang minimal. Penggunaan antihistamin generasi kedua untuk rinitis alergi dan urtikaria kronik dalam jangka waktu yang lama relatif aman dengan efek samping yang minimal.

    BalasHapus
  30. saya akan mencoba menjawab soal no. 1
    antihistamin yang paling efektif adalah AH 1 terutama pada generasi II dan III dibandingkan generasi I. sedangkan AH 2 memiliki efek samping yang lebih besar dibanding dengan AH1

    BalasHapus
  31. Generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
    Sedangkan generasi ketiga merupakan derivat dari generasi kedua, berupa metabolit (desloratadine dan fexofenadine) dan enansiomer (levocetirizine). Pencarian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal. Faktanya, fexofenadine memang memiliki risiko aritmia jantung yang lebih rendah dibandingkan obat induknya, terfenadine. Demikian juga dengan levocetirizine atau desloratadine, tampak juga lebih baik dibandingkan dengan cetrizine atau loratadine.

    BalasHapus